Bisnis.com. PEMPROV BALI tengah mengupayakan pembangunan infrastruktur jalan raya yang menghubungkan kawasan Bali Selatan dengan Bali Utara dan Bali Barat. Upaya itu untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi Bali Utara dan Barat yang tertinggal jauh jika dibandingkan dengan Bali Selatan. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah membuat jalan bebas hambatan dari Kuta menuju Soka Kabupaten Tabanan, dan Mengwitani Kabupaten Badung menuju Singaraja, Kabupaten Buleleng. Keberadaan jalan bebas hambatan tersebut akan menarik minat investor berinvestasi ke kawasan utara dan barat. Upaya tersebut sudah dimulai oleh Bappeda Bali pada 2008 dengan membuat kajian dan detail engineering desain (DED). Kini, titik terang mulai terlihat karena Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Wilayah VIII memasukkan rencana tersebut dalam RPJM Bali. Bahkan, saat ini pembangunan short cut untuk jalan bebas hambatan Kuta-Soka di beberapa titik sudah mulai dikerjakan.
Pembangunan infrastruktur menuju utara dan barat tersebut memang sudah sedemikian mendesak. Kontribusi kawasan barat yang meliputi Kabupaten Tabanan, dan Jembrana serta utara meliputi Kabupaten Buleleng terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Bali sangat rendah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, kontribusi Jembrana dan Tabanan terhadap PDRB semester I/2013 lalu hanya 14,4%. Sedangkan Buleleng mencapai 12,06%. Alhasil, jika di percaturan dunia, belahan utara identik dengan negara-negara maju, maka istilah itu tidak terjadi di Bali justru wilayah utara terbilang mundur. Bagaimana tidak, kontribusi Bali Selatan yang meliputi Kabupaten Badung, Gianyar, dan Kota Denpasar jika digabungkan sebesar 58,04% dari total PDRB semester I/2013. Penopang tingginya kontribusi ketiga daerah adalah sektor perdagangan hotel dan restoran (PHR) yaitu sebesar 30% dari total PDRB Bali. Alasan minimnya insfrastruktur sering menjadi alasan bagi investor enggan berinvestasi di daerah utara dan barat. Investor justru memilih menempatkan investasi di kawasan seperti Kuta hingga Nusa Dua, meskipun harus berjuang secara ketat lantaran jumlah pemainnya sangat banyak. Padahal, kawasan utara dan barat memiliki potensi yang tidak kalah menarik dengan Bali Selatan. Buleleng, misalnya, memiliki kawasan wisata Lovina yang terkenal dengan atraksi lumba-lumba, Pemuteran dan Pulau Menjangan. Jembrana juga memiliki potensi perkebunan, sentra peternakan dan kawasan wisata.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengakui persoalan pelik yang tidak kunjung menemui solusi selama hampir 56 tahun Pemprov Bali berdiri adalah masalah pemerataan ekonomi Bali. Menurutnya, solusi tercepat untuk menggairahkan pertumbuhan ekonomi kawasan lain di pulau yang dia pimpin adalah pembangunan infrastruktur. Pembangunan jalan raya bebas hambatan menuju daerah Buleleng dan Jembrana diklaim akan menarik investor berinvestasi di wilayah tersebut. Jika hal itu terjadi, akan terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi di kedua wilayah yang nantinya berdampak terhadap kontribusi ekonomi Bali. Untuk memperjuangkan realisasi pembangunan jalan tersebut, Pastika menegaskan telah mendorong Dinas PU aktif melobi Kementerian Pekerjaan Umum. Bantuan pusat sangat dibutuhkan karena sumber dana Pemprov Bali untuk membangun jalan yang diperkirakan membutuhkan dana triliunan tersebut sangat terbatas. "Infrastruktur, kunci pemerataan pembangunan utara dan barat, tentu saja kalau ada infrastruktur kesitu maupun di situ investor akan ke situ," ujarnya. Lebih detil anggota Komisi II DPRD Bali Nyoman Sugawa Kori memaparkan bahwa beban Bali Selatan harus dibagi, jika tidak akan membenani. Dia mencontohkan, infrastruktur jalan raya tembus selatan dan utara dapat mempermudah akses ke berbagai wilayah di Bali. Pertanyaannya, kapan rencana tersebut akan dapat terealisasi? Karena pembangunan jalan raya berkaitan dengan pembebasan lahan dan harga tanah di Bali kenaikannya sangat cepat.