Bali - Ketahanan air di Indonesia tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan air-nya saja namun juga bagaimana pengelolaannya. Demikian disampaikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono saat memberikan sambutan membuka seminar internasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (Hathi) di Bali, Sabtu (30/7). Seminar yang mengangkat tema Water Resilience in a Changing World menghadirkan pembicara utama yakni Presiden Asian Water Council (AWC), Gyeewon Choi dan Direktur Hubungan Internasional, Kementerian Tanah, Infrastruktur dan Transportasi Jepang, Hirotada Matsuki.
Ditambahkan Basuki, urbanisasi akan terus terjadi di masa depan, di mana orang akan makin banyak tinggal di kota. Sehingga urbanisasi yang berkelanjutan memerlukan perhatian pada isu ketahanan air.
Oleh karenanya melalui seminar ini yang menghadirkan 2 pembicara utama dan 63 makalah yang akan dibahas dapat menyegarkan pengetahuan tentang pengelolaan sumber daya air. Sebanyak 350 peserta yang hadir berasal dari para ahli teknik hidraulika, pemerintah, peneliti, dan profesional dari kontraktor maupun konsultan.
Sementara itu Ketua Hathi, Mudjiadi menyampaikan ancaman krisis air menjadi masalah pelik dimasa depan. Tema ketahanan air dinilai relevan di mana dunia mengalami pertumbuhan ekonomi dan bertambahnya penduduk, urbanisasi, meningkatnya pencemaran air, dan kurangnya infrastruktur sumber daya air mengakibatkan pemenuhan kebutuhan air belum tercapai seluruhnya.
Meningkatnya permintaan air dan konflik di antara pengguna air menempatkan sumber daya air dalam posisi bahaya bila tidak dikelola secara berkelanjutan.
Oleh karenanya membutuhkan terobosan dalam pengelolaan air yang efektif secara berkelanjutan dan adil sehingga bisa bermanfaat bagi semua orang.
"Hathi yang memiliki 7 ribu anggota, siap untuk berkontribusi dalam mendorong pengelolaan sumber daya air yang efektif untuk mendukung ketahanan air di Indonesia" kata Mudjiadi.
Sementara itu Kepala Pusat Bendungan, Kementerian PUPR, Imam Santoso mengatakan program pembangunan 69 bendungan yang terdiri dari 49 bendungan baru dan 16 penyelesaian bendungan 2014-2019 akan menambah volume tampungan air di Indonesia dari semula 12 milyar m3 menjadi 17 milyar m3. Hal itu juga akan meningkatkan pasokan air untuk lahan pertanian irigasi menjadi 1,2 juta hektar. Saat ini dari 7,3 juta lahan pertanian yang ada, 800 ribu hektar menggunakan irigasi yang pasokan airnya dari bendungan, sementara sisanya mengambil air dari sungai.
Di samping untuk irigasi, pembangunan bendungan juga digunakan sebagai sumber air baku, pembangkit listrik, pengendalian banjir dan pariwisata. (gt)
Download disini