(0362) 22248
putr@bulelengkab.go.id
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Gates Foundation Rogoh USD 15 Juta untuk Sanitasi Asia

Admin putr | 02 Juni 2014 | 847 kali

Bill & Melinda Gates Foundation akan menginvestasikan dana sebesar USD 15 juta untuk memperluas jangkauan pengelolaan sanitasi dan lumpur tinja tanpa pipa saluran di Asia. Dana tersebut akan mendampingi investasi Asian Development Bank (ADB) senilai lebih dari USD 28 juta pada 2017 melalui Dana Perwalian untuk Pembiayaan Sanitasi (Sanitation Financing Partnership Trust Fund).

Hal itu terungkap dalam Dialog Sanitasi ke-3 di Manila 27-29 Mei 2014 yang dihadiri oleh anggota negara berkembang (Developing Member Countries/DMC) yang menjadi pusat perhatian ADB. Wakil Presiden ADB, Stephen P. Groff,menyampaikan tujuan dialog ini diantaranya adalah meningkatkan kesadaran dan kapasitas DMC dalam mewujudkan sanitasi yang berkelanjutan.

Kasubdit Kerjasama Luar Negeri Direktorat Jenderal Cipta Karya, Dwityo A. Soeranto, melaporkan Dana Perwalian adalah model pengelolaan investasi berdasarkan kepercayaan terhadap dana hibah dari berbagai sumber seperti pemerintah, institusi keuangan internasional, sektor swasta, dan organisasi non pemerintah.

“Peluang Indonesia untuk mendapatkan trust fund (Dana Perwalian, red) tersebut sangat besar karena saat ini Indonesia tengah bekerjasama dengan ADB untuk dua program bidang Cipta Karya, yaitu Metropolitan Sanitation Management Investment Program (MSMIP) dan Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP) - Phase II,” ujar Dwityo.

Dijelaskan, dari Dialog Sanitasi tersebut juga terungkap kebutuhan investasi di Asia Pasifik sebesar USD 71 miliar untuk perbaikan sektor sanitasi bagi seluruh warganya.

Menurutnya, sekitar 1,7 miliar penduduk di Asia dan Pasifik masih belum memiliki akses terhadap sanitasi yang aman, 780 juta penduduk masih buang air besar sembarangan, dan sekitar 80% air limbah dibuang tanpa diolah terlebih dahulu. Hal itu menimbulkan polusi dan menyebarnya penyakit diare yang merupakan penyakit kedua terbesar yang menyebabkan kematian bayi dan anak-anak di seluruh dunia.

"Masalah sanitasi menjadi semakin akut di daerah perkotaan di mana puluhan juta penduduk pindah ke wilayah perkotaan. Ini adalah fenomena yang terjadi setiap tahunnya di negara-negara kawasan Asia. Kebanyakan dari mereka akhirnya hidup di daerah kumuh dengan fasilitas sanitasi yang buruk," urai Dwityo.

Lebih lanjut dilaporkan, Dialog Sanitasi ke-3di Manila tersebutmenekankan pendekatan sanitasi yang komprehensif(termasuk penggunaan teknologi tepat guna, kontrak inovatif dan insentif), menjembatani kesenjangan kebijakan, mengatasi masalah pembiayaan, kelangsungan hidup dan keterjangkauan, serta meningkatkan manfaat kesehatan, sosial ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat.

Saat bicara dalam “Round Table Discussion with the Decision Makers”, Dwityo menyampaikan tentang capaian, kebijakan, dan target Pemerintah Indonesia dalam pembangunan bidang sanitasi. Disampaikan juga tentang pembelajaran terhadap peran Duta Sanitasi sebagai “champion” dalam meningkatkan kepedulian dan perubahan perilaku masyarakat dalam sanitasi.

“Investasi di bidang sanitasi tidak akan berhasil, tanpa diikuti oleh peningkatan kesadaran dan perubahan perilaku. Dan itu harus dimulai dari anak-anak, yang selama ini menjadi korban utama buruknya sanitasi di Indonesia”, tambah Dwityo. (das/bcr).