(0362) 22248
putr@bulelengkab.go.id
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Harga Bahan Bangunan Kerek Properti

Admin putr | 08 September 2014 | 1322 kali

JAKARTA– Masyarakat yang hendak membeli properti, baik residensial maupun komersial, perlu merogoh kocek yang cukup dalam. Sebab, hingga kini material bangunan masih mengalami tren kenaikan harga. Hal tersebut merupakan salah satu yang membuat harga properti melambung tinggi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, indeks harga perdagangan besar (IHPB) bahan bangunan atau konstruksi pada Agustus 2014 naik 0,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Penyebabnya adalah harga komoditas yang juga terkerek ke atas. Misalnya aluminium, serta pipa dan aksesorinya yang mengalami peningkatan 0,79 persen dan 0,74 persen (mtm). Sementara itu, batu hias dan batu bangunan naik 0,59 persen. Untuk besi dan pasir, masing-masing naik 0,53 persen.

’’Pada Agustus 2–14, semua kelompok jenis bangunan mengalami kenaikan indeks. Kelompok bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal naik paling tinggi sebesar 0,44 persen (mtm),’’ kata Kepala BPS Suryamin.

Menurut dia, kenaikan juga terjadi pada kelompok bangunan pekerjaan umum untuk pertanian yang sebesar 0,30 persen (mtm). Sementara itu, kelompok bangunan pekerjaan umum untuk jalan, jembatan, dan pelabuhan terkerek 0,35 persen (mtm). Kelompok bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi meningkat 0,40 persen.

Karena kenaikan tersebut, kata Suryamin, secara keseluruhan IHPB pada Agustus 2014 naik dari 121,0 menjadi 121,49 (mtm). Kenaikan IHPB bahan bangunan atau konstruksi di Indonesia dipicu kenaikan kelompok bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal yang menyumbang andil 0,21 persen. Yang lainnya seperti kelompok bangunan pekerjaan untuk pertanian hanya berkontribusi 0,02 persen terhadap keseluruhan kenaikan.

Sejalan dengan catatan Bank Indonesia (BI), harga properti residensial untuk semua tipe rumah pada kuartal II 2014 meningkat lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Merujuk survei harga properti residensial di kota besar, pada kuartal kedua 2014 itu berada pada level 176,31 atau meningkat 1,69 persen (qtq). Posisi tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang naik 1,45 persen (qtq). ’’Kenaikan harga bahan bangunan mencapai 32,11 persen (qtq) dan upah pekerja yang sebesar 23,09 persen (qtq) merupakan faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial,’’ ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara.

Tercatat, kenaikan harga paling tinggi terjadi pada rumah tipe kecil, yakni sebesar 2,09 persen (qtq). Sementara dari segi wilayah, Manado membukukan kenaikan harga yang paling tinggi sepanjang periode survei yang sebesar 9,54 persen (qtq). ’’Kalau di Manado, terutama pada rumah tipe besar, naik 11,13 persen setelah mengalami stagnasi pertumbuhan pada dua kuartal sebelumnya,’’ jelasnya.

Selain itu, kenaikan harga yang cukup tinggi terjadi di Makassar (6,50 persen), terutama pada rumah tipe menengah sebesar 7,81 persen (qtq). ’’Namun, kenaikan harga properti tersebut sejalan dengan pertumbuhan perekonomian di kedua wilayah yang menjadi pintu gerbang pembangunan ekonomi di wilayah timur. Sehingga mengundang pengembang untuk membangun properti residensial,” tuturnya. (gal/c22/agm).