Fary juga menyatakan maksud kunjungan tersebut adalah untuk memastikan kesiapan peralatan dan Sumber Daya Manusia, dukungan sarana prasarana dan sanitasi bagi pengungsi Gunung Agung. Lebih lanjut Fary menjelaskan bahwa penanganan yang berkaitan dengan insfrastruktur akan segera dibicarakan karena ada beberapa jalan, jembatan, embung, waduk yang harus segera ditangani jika terjadi peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung, yang saat ini masih berada di level empat atau awas.
Pada kesempatan yang sama Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta saat menerima rombongan menjelaskan tanggap darurat penanganan evakuasi pengungsi secara umum sejauh ini sudah dapat dipenuhi dan sudah dikoordinasikan kepada seluruh komponen Pemerintah.
“Ada beberapa hal yang harus dikoordinasikan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pemda, khususnya tentang penanganan air minum,” tambah I Nyoman.
Untuk mengantisipasi letusan Gunung Agung tersebut, Kementerian PUPR telah menyediakan peralatan dan material siaga seperti bronjong, truck crane, tiang pancang, grader, jembatan bailey yang tersebar di berbagai lokasi diantaranya Tianyar Barat, Karangasem, Tukad Unda, Gianyar, Denpasar, dan Tabanan.
Beberapa sarana dan prasarana lain di lokasi pengungsian GOR Swecapura diantaranya sumur bor eksisting yang sudah terkoneksi dengan dapur dan MCK pengungsi, penyediaan mobil tangki air dengan kapasitas 4000 L kerjasama dengan PDAM, 6 unit hidran umum kapasitas 2000 L, tong sampah dan truk sampah yang operasionalnya dikerjasamakan dengan Pemkab Klungkung.
Kepala BWS Bali Penida, Ketut Jayada, yang turut mendampingi rombongan Komisi V mengatakan bahaya sekunder dari letusan salah satunya adalah ada 9 das terdampak.
“Kita sudah memiliki 5 sand pocket dan 87 check dam dengan kondisi 87% baik yang berfungsi menampung lahar dingin untuk tetap berada di aliran sungai sehingga dapat melindungi penduduk dari aliran lahar dingin. Dengan volume letusan diperkirakan 10 juta m3, diharapkan bisa menampung 4 juta m3 karena tidak semua lahar ke sungai, ada juga yang ke dataran,” jelas Ketut.
Ketut juga mengatakan untuk memastikan ketersediaan air di lokasi pengungsian sedang dilakukan pengeboran di 9 titik, yaitu 1 sumur bor existing di Desa Les, 9 sumur bor baru di Balai Budaya, Desa Antiga, Desa Perasi 1, Desa Les, Pura Kentel Gumi, Desa Manggis, Desa Ulakan, dan Desa Tauman. Selain itu juga dilakukan kerjasama dengan PDAM dalam bentuk pengeboran di titik pengungsian untuk sumber daya air alternatif dan penguatan PDAM dengan pengeboran di sumber air untuk disalurkan ke lokasi pengungsian. (Nov)