(0362) 22248
putr@bulelengkab.go.id
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Perdagangan Bebas ASEAN Menjadi Peluang Insinyur Indonesia

Admin putr | 07 Mei 2016 | 565 kali

Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hermanto Dardak mengatakan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi peluang bagi insinyur Indonesia untuk meningkatkan daya saing dan memberikan nilai tambah kemandirian teknologi. Kesepakatan MEA membuat aliran barang, jasa, modal dan tenaga kerja terampil dari Negara-neagara ASEAN akan lebih mudah masuk ke Indonesia dan begitu juga sebaliknya.

Demikian disampaikan Kepala BPIW Hermanto Dardak, yang juga menjabat Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) pada  Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri dengan tema “Strategis Tenaga Profesional Indonesia Menghadapi MEA” di Universitas Indonesia, Selasa (3/5).

Dibidang infrastruktur, menurutnya MEA juga membuka kerjasama pembangunan infrastruktur sesuai standar ASEAN. Oleh karenanya produk keinsinyuran di Indonesia harus dapat dipertanggungjawabkan. Insinyur sebagai pelaku pembangungan infrastruktur harus memiliki sertifikasi Insinyur Profesional yang dikeluarkan oleh PII bekerjasama dengan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi.  

Sistem Sertifikasi ini merupakan pengakuan resmi atas kompetensi keprofesionalan seorang insinyur, yang sebelumnya telah memperoleh gelar sarjana teknik atau pertanian, serta sudah mengumpulkan pengalaman kerja yang cukup dalam bidang keinsinyuran yang ditekuninya.

Dengan demikian masyarakat konsumen memperoleh perlindungan karena mereka yang sudah memperoleh sertifikat Insinyur Profesional adalah yang kompetensinya sudah benar-benar terbukti berdasarkan bakuan yang mengacu pada kaidah-kaidah internasional.

Hermanto Dardak mengakui, salah satu tantangan dalam menghadapi MEA saat ini adalah rendahnya minat mahasiswa Indonesia mengambil jurusan teknik yang notabene merupakan para calon insinyur Indonesia. Jumlah mahasiswa teknik di Indonesia hanya 15% atau lebih rendah dibanding dengan Malaysia yang mencapai 24% dan Vietnam yang mencapai 25%.

Dalam menjawab tantangan tersebut, menurut Dardak perlu didorong penambahan lulusan sarjana teknik serta meningkatkan permintaan akan Insinyur Profesional di pasar tenaga kerja.  (INI/InfoBPIW)

Download disini