Jakarta – Pengamat transportasi Universitas Indonesia, Ellen Tangkudung mengatakan bahwa salah satu solusi jangka panjang yang harus dilakukan selain terus meningkatkan kapasitas jalan, juga dengan meningkatkan kapasitas transportasi publik untuk mengimbangi kebutuhan pemudik yang semakin meningkat setiap tahunnya. “Saya pikir, kuncinya adalah sudah banyak orang menggunakan kendaraan pribadi. Tidak ada pembatasan sama sekali penggunaan,” ujarnya dalam program Talkshow Dua Arah di Kompas TV, Kamis (14/7).
Padahal menurut Ellen, antusias pemudik untuk menggunakan transportasi publik sangat tinggi. Hal itu terbukti dengan banyaknya pemudik yang kehabisan tiket kereta untuk mudik. “Tidak ada peningkatan pelayanan transportasi publik, jumlah tiket kereta saja contohnya masih terbatas,” ucapnya.
Sementara, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Keterpaduan Pembangunan, Danis H Sumadilaga yang juga hadir dalam acara tersebut sebagai narasumber menyatakan bahwa Kementerian PUPR terus meningkatkan kapasitas jalan tol dan non tol. Ia menargetkan tol Pejagan – Pemalang yang berjarak 37 km dari Brebes sudah selesai tahun depan. “Jadi Brexit bukanlah akhir dari jalan tol, jadi ini adalah bagian dari jalan tol Trans Jawa, nanti kita lanjutkan sampai Semarang, nanti di Semarang sambung ke Solo, nanti sampai ke Ngawi dan terus ke Surabaya,” terangnya.
Ia menyatakan kemacetan yang terjadi di antara Brebes dan Tegal, kemudian di jalur Selatan juga terjadi akibat adanya pasar dan perlintasan kereta api. “Salah satunya yang agak luput disinggung adalah perlintasan kereta api, nanti akan dibuat solusinya,” ucapnya.
Senada dengan Ellen, Danis berharap dengan adanya peningkatan kapasitas di transportasi publik, dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sehingga tidak terjadi penumpukan kendaraan baik di jalan tol dan non-tol seperti yang terjadi pada tahun ini.
Sementara itu, terkait pelaksanaan penggratisan tol ketika terjadi kemacetan lebih dari 5 km, Danis menyatakan hal tersebut sudah dilakukan saat arus balik, yaitu dengan membuka 4 pintu tol selama 15 menit. Namun, yang terjadi pada arus mudik di Brebes Exit tersebut tidak dilakukan penggratisan karena kemacetan terjadi bukan karena lambannya pelayanan di loket pembayaran tol.
“Tapi pada saat itu tidak ada transaksi, kendaraan tidak bergerak pada saat itu, saya berkomunikasi bahkan dengan kepala gerbang disana, kemacetan terjadi di luar tol yang berimbas ke dalam jalan tol,” terangnya.
Upaya-upaya rekayasa lalu lintas untuk mengatasi kemacetan parah di Brebes sebenarnya juga sudah dilakukan dengan kerjasama lintas sektoral, antara lain Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan dan Kepolisian dengan melakukan survey dan mapping untuk terkait upaya menghadapi kemacetan arus mudik. Hal tersebut diungkapkan oleh Kabagpenum Divisi Humas Mabes Polri, Martinus Sitompul yang juga hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut.
“Data dari polres Brebes, dari H-7 sampai H-1 telah melintas 2,4 juta kendaraan, hampir 30 persen melonjak dari hari biasa,” ujarnya. Ia mengaku untuk menghadapi lonjakan kendaraan tersebut, pihak Kepolisian telah melakukan beberapa rekayasa lalu lintas, dimulai dari km 13 di Jakarta dengan membuka contra flow.
“Kemudian melewati Cikarang utama juga kita buka dengan contra flow sampai ke km 64. Dari km 174, Sumber Jaya juga sudah dilakukan upaya-upaya penutupan jalan, agar kendaraan tidak terus mengarah ke Brebes,” ucapnya. (jy)
Download disini